Menulis adalah panggilan hati. Memutuskan untuk menjadi penulis dan menekuninya sebagai panggilan hidup tidaklah mudah. Berikut merupakan penulis-penulis dan sastrawan Indonesia yang telah membawa harum sejarah sastra Indonesia hingga ranah internasional.
10Umar Kayam
Umar Kayam adalah seorang novelis, sosiolog, sekaligus budayawan yang luar biasa. Ia merupakan Guru Besar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988 hingga 1997. Karya-karyanya antara lain Jalan Menikung (2000) dan berbagai macam kumpulan cerpen seperti Sri Sumarah (19750, Bawuk (1975), dan lain-lain.
Umar Kayam juga memperoleh berbagai macam penghargaan antara lain dari Majalah Horizon, Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 1995. Tidak hanya itu saja, Hadiah Sastra Asean pada tahun 1987.
9Ahmad Fuadi
Ahmad Fuadi merupakan sosok penulis dibalik buku Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna. Tidak hanya di Indonesia, karya-karyanya juga dipublikasikan di Washington DC. Sosok Ahmad Fuadi merupakan sosok yang prestatif. Ia merupakan awardee dari berbagai macam beasiswa mulai dari Beasiswa Fullbright hingga Beasiswa British Chevening.
Ia juga meraih penghargaan dan menjadi nominasi dalam berbagai ajang. Selain itu, ia aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam lingkup internasional. Seperti keikutsertaannya pada The Ford Foundation Award, Columbia college of Arts and Sciences Award, dan lain-lain. Luar biasa!
8Ayu Utami
Ayu Utami adalah penulis Indonesia yang dengan lantang menyuarakan tentang perempuan, seks, dan feminisme. Wanita yang memiliki nama lengkap Justina Ayu Utami ini memenangkan penghargaan Sayembara Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998. Novelnya yang menang saat itu berjudul Saman dan mendadak menjadi booming.
Alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini mendapatkan penghargaan Prince Claus pada tahun 2000 dari Price Claus Fund, sebuah yayasan di kota Den Haag, Belanda.
7Mochtar Lubis
Harimau! Harimau! (1975) adalah salah satu karya Mochtar Lubis yang paling populer. Selain itu, ia memiliki banyak karya – karya lain seperti Jalan Tak Ada Ujung (sebuah novel) yang kemudan diterjemahkan oleh A.H John menjadi A Road With No End pada tahun 1968.
Selain itu, ia juga mendapatkan kehormatan menjadi Presiden Press Foundation of Asia, sebagai anggota Dewan Pimpinan International Association of Cultural Freedom dan menjadi anggota World Futures Studies Federation.
6NH Dini
NH Dini atau Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin merupakan sastrawan dan novelis feminis Indonesia. Ia telah menulis lebih dari 20 buku tentang perempuan. Karya-karyanya yaitu Pada Sebuah kapal (1972), La Barka (1975), Pertemuan Dua Hati (1986) dan lain-lain. Ia juga mendapatkan penghargaan SEA Write Award. Anaknya, Pierre Coffin, adalah sutradara jenius dibalik film Despicable Me.
5Ahmad Tohari
Jika Anda mengenal Ronggeng Dukuh Paruk, tentu Anda akan mengenal Ahmad Tohari. Bahkan karyanya ini telah difilmkan dengan judul Sang Penari. Bahkan triloginya ini telah diterjemahkan dalam bahasa Jepang, Belanda, Inggris, dan Jerman. Lebih hebatnya lagi, ia juga meraih penghargaan SEA Writer Award, penghargaan untuk karya sastra di ASEAN pada tahun 1995.
4Andrea Hirata
Ingat Laskar Pelangi, ingat pula Andrea Hirata. Novelnya yang sangat fenomenal bahkan mendunia ini sangat dicintai oleh berbagai kalangan. Novel ini menceritakan motivasi sepuluh anak desa di Belitung yang miskin namun masih memiliki mimpi dihati mereka. Novel Laskar Pelangi ini sendiri telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa yang dijual di 130 negara di seluruh penjuru dunia.
Pada Juli 2015, Andrea Hirata berhasil meraih gelar kehormatan Honoris Causa di bidang sastra dari Universitas Warwick, Inggris. Andrea mendapatkan gelar kehormatan karena sumbangsihnya dalam dunia sastra internasional selama satu dekade ini.
Andrea sendiri saat ini telah berhasil mendapatkan tiga penghargaan internasional. Sebelumnya, ia berhasil menjadi pemenang pertama Buchaward pada tahun 2013 di Jerman dan pemenang pertama New York Book Festival pada tahun 2013.
3Seno Gumira Ajidarma
Kehidupan Seno Gumira sangat bertolak belakang sekali dengan latar belakang keluarganya. Ayahnya dulunya merupakan seorang Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada ini tak membuatnya mengikuti jejak ayahnya.
Seno kecil sangat mencintai kebebasan. Bahkan ia sempat tidak ingin melanjutkan sekolah. Ia merupakan penulis yang serba bisa. Mula dari esai, puisi, novel, hingga roman. Karya-karyanya juga sering wara-wiri di media massa. Novel yang berhasil diterbitkannya adalah Matinya Seorang Penari Telanjang (tahun 2000).
Pada tahun 1987, Seno berhasil meraih Sea Write Award yaitu penghargaan bagi penusis se Asia Tenggara. Selain itu, ia juga meraih penghargaan Dinny O’Hearn Prize For Literary pada tahun 1997 untuk cerpennya dengan judul Saksi Mata.
2Eka Kurniawan
Jika Anda pernah membaca novel dengan judul Lelaki Harimau, Cantik Itu Luka, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas pasti Anda tidak asing dengan sosok yang satu ini. Ya, benar. Ia adalah Eka Kurniawan.
Hebatnya, salah satu karya Eka Kurniawan dengan judul Lelaki Harimau berhasil masuk nominasi penghargaan bergengsi The Man Booker Prize. Selain aspek psikologi novel ini juga menceritakan aspek mitologi manusia harimau dan juga metafora politik.
Eka sendiri telah disebut-sebut sejumlah kalangan sebagai penulis kelas dunia. Bahkan, karyanya dengan judul Cantik Itu Luka telah diterjemahkan dalam 25 bahasa. Ia juga disandingkan dengan penulis kelas dunia yakni Gabriel Garcia Marquez dan Fyodor Dostoevsky.
Tidak berhenti sampai disitu saja, bahkan Jurnal Foreign Policy tak tanggung-tanggung menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia yang kembali membawa Indonesia dalam kancah kesusastraan dunia.
1Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu sosok yang berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia. Terhitung lebih dari 50 karya telah ia haslkan yang diterjemahkan lebih dari 41 bahasa. Dimasa kecilnya, Pram kecil merupakan salah seorang murid yang dianggap tidak begitu cemerlang. Kehidupannya juga tidak jauh dari suasana kemiskinan.
Karya Pram yang menjadi sorotan dunia yaitu Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca). Pram sendiri membuat karya-karyanya tersebut saat diasingkan dan dipenjara di Pulau Buru. Beberapa karyanya pun sempat dibakar oleh aparat.
Sudah tak terhitung lagi beragam penghargaan internasional yang didapat dan membuat dunia angkat topi. Lebih mengejutkannya lagi salah satu karyanya yang berjudul ‘Bumi Manusia’ dijadikan sebagai bahan mata kuliah Comparative Literature di Universitas Queen Mary, London, Inggris. Ckckck … Luar Biasa!
Orang boleh pandai setinggi langit, akan tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian
-Pram-