Pendidikan adalah hak segala bangsa. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk menikmati pendidikan. Ditengah majunya perkembangan zaman seperti ini, masih saja terdapat saudara-saudara kita yang kesulitan untuk mendapatkannya.
Meskipun rintangan menghadang, mereka tetap berjuang. Mereka percaya bahwa pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengentaskan kemiskinan. Melihat perjuangan mereka ini, apakah kita masih pantas dan berhak untuk bermalas-malasan?
10Agung Bakhtiar, Anak Tukang Becak yang Kini Jadi Dokter
Agung Bakhtiar sesungguhnya tidak ingin melanjutkan kuliah karena ketiadaan biaya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja keluarga Agung harus bekerja keras. Ayahnya, Suyatno, adalah seorang tukang becak dan ibunya, Saniya adalah pengumpul botol bekas.
Agung sendiri awalnya ingin masuk Fakultas Pertanian UGM namun gagal. Agung tak berputus asa. Ia kemudian mengikuti seleksi kembali dengan program studi Pendidikan Kedokteran dipilihan pertama. Keberhasilannya memasuki Fakultas Kedokteran tak berhenti sampai disini saja.
Agung harus dapat beradaptasi dengan baik. Berkat perjuangannya, lelaki kelahiran Yogyakarta, 30 Juni 1987 tersebut kini telah menjadi dokter. Agung berhasil menamatkan wisudanya dengan predikat cumlaude.
9Herawati, Anak Pengayuh Becak yang Berhasil Kuliah di ITB
Siapa sangka Herawati, anak pengayuh becak dari Cilegon, Banten ini berhasil diterima di Fakultas Matematika dan IPA Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak SMA Herawati adalah siswa berprestasi. Bahkan, ia pernah mengharumkan nama kampung halamannya di Cilegon.
Herawati sendiri juga pernah mengikuti Olimpiade Matematika Tingkat Nasional. Saat ditanya mengenai pencapaiannya ini, Herawati mengungkapkan bahwa selama ini karena bapak. Kerja keras dan doa orangtualah yang mengantarkannya hingga ke titik ini. Herawati juga yakin jika senantiasa berusaha maka disitulah ada jalan.
8Intan Bonita, Anak Tukang Tambal Ban Peraih Wisudawan Terbaik
Menjadi anak tukang tambal ban tak menghentikannya untuk terus maju dan berprestasi. Intan Bonita Lumban Gaol, mahasiswi lulusan Teknik Sipil Unila (Universitas Lampung) ini berhasil menjadi wisudawan terbaik. Intan meraih IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,74. Tak hanya itu saja, Intan berhasil merampungkan masa studinya hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja. Ckckck hebat, ya!
7Firman, Anak Suku Rimba/Suku Anak Dalam Lulus Seleksi TNI
M Firman Haryanto adalah anak suku Rimba pertama yang berhasil menembus ketatnya seleksi TNI. Padahal seleksi TNI tidaklah mudah dan memiliki tahap yang berlapis-lapis. Meskipun demikian, Firman tetap berjuang dan berusaha. Pria muda berkulit sawo matang kelahiran hutan pedalaman Jambi, 25 April 1997 kini sedang melangsungkan pendidikan kemiliterannya di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatra Selatan.
6Muhammad Sokhi, Anak Penarik Becak yang Tembus Fakultas Hukum UI
Muhammad Sokhi, atau yang akrab disapa Sokhi, adalah mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Hukum UI. Hebatnya, Sokhi terus bersemangat untuk belajar meskipun berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Kedua kakak Sokhi hanya mengenyam bangku pendidikan hingga SD. Hal inilah yang memotivasi Sokhi untuk terus belajar. Sokhi memang terlihat berprestasi sejak kecil. Bahkan, ia mendapatkan beasiswa saat masih SMA. Saat kuliah pun, Sokhi memiliki prestasi akademik dan hubungan sosial yang baik.
5Haru Septiani, Anak Tukang Sapu yang Kini Jadi Taruni Akpol
Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, Haru Septiani membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi seorang taruni Akademi Kepolisian. Ayahnya adalah tukang sapu Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sementara ibunya berjualan sayur keliling.
Sebelum berhasil menjadi taruni di Akademi Kepolisian, Haru sempat gagal tes sebanyak tiga kali. Namun, kondisi tersebut lantas tidak membuatnya menyerah begitu saja. Haru ingin membuktikan bahwa semuanya memiliki kesempatan dan hak yang sama. Tak terkecuali dirinya.
4Wahyudin
Wahyudin adalah salah satu anak muda Indonesia dengan semangat belajar yang tinggi. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai pemulung. Namun, dari hatinya yang terdalam, Wahyudin ingin meraih pendidikan setinggi-tingginya. Baginya, pendidikan adalah solusi kemiskinan.
Wahyudin sudah menjadi pemulung sejak SD. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan sekolahnya, Wahyudin menjalani tujuh profesi sekaligus. Memulung, berjualan gorengan, penggembala kambing, mengajar les, berjualan susu murni, penyiar, dan berjualan asongan di pinggir rel kereta.
Perjalanan Wahyudin pun tak mudah. Seringkali ia menyembunyikan tagihan SPPnya di bawah bantal agar tak ketahuan. Setelah lulus S1 dari Uhamka, Wahyudin mendapat tawaran beasiswa ke jenjang S2. Wahyudin pun diterima di Program Magister of Bussiness Administration (MBA) ITB Kampus Jakarta. Tak sampai disitu saja, Wahyudin juga kembali ditawari untuk melanjutkan S3-nya di luar negeri. Hebat, ya!
3Satya Candra Wibawa Sakti, Anak Buruh Cuci yang Jadi Doktor di Jepang
Siapa sangka, Satya, anak seorang buruh cuci dari Bantul ini mampu kuliah hingga jenjang S3 di Universitas Hokkaido, Jepang. Satya berhasil masuk ke Universitas Hokkaido dengan beasiswa. Meskipun berasal dari keluarga yang tidak mampu, Satya ingin mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Perjalanan Satya untuk dapat meraih pendidikan hingga S3 cukup berliku. Ibunya, Yuniati, sering meminjam uang kepada renternir untuk membiayai kehidupan sekolahnya. Saat menempuh pendidikan S2, Satya diharuskan untuk pergi ke Jepang selama enam bulan.
Saat itulah ia mulai belajar bahasa Jepang sedikit demi sedikit. Perjuangannya kini berbuah manis. Kini, Satya telah berhasil menjadi mahasiswa S3 disalah satu universitas terbaik di Jepang.
2Raeni, Anak Tukang Becak yang Berhasil Kuliah di London, Inggris
Pada tahun 2014 lalu, publik dikejutkan dengan sosok Raeni, anak tukang becak wisudawan terbaik Universitas Negeri Semarang. Raeni yang mengambil jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi ini meraih IPK yang hampir sempurna yaitu 3,96.
Saat berkuliah, Raeni sempat minder. Hal ini lantaran ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Saat prosesi wisuda, Raeni diantar oleh bapaknya yang berprofesi sebagai tukang becak. Namun, Raeni tidak pernah merasa malu.
Saat masih menjadi mahasiswa, Raeni sangat mandiri dengan menjadi guru les privat untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 2015, lalu akhirnya Raeni berangkat ke Inggris. Raeni kini sedang belajar di Birmingham University, Inggris mengambil program Magister of Science in International Accounting and Finance.
1Waskito Jati
Waskito Jati adalah salah satu anak muda asal Indonesia yang berhasil meraih beasiswa Harvard University. Mendapatkan beasiswa dari salah satu universitas terbaik dunia bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan semangat pantang menyerah, perjuangan luar biasa, dan doa.
Hebatnya, Waskito merencanakan mimpinya untuk kuliah di Harvard selama tujuh tahun. Tak hanya merencanakan mimpi, Waskito juga berjuang keras untuk mendapatkannya. Mulai dari mempersiapkan surat rekomendasi, motivation letter, hingga menaklukkan tes GRE yang terkenal sulit itu.
Sebelumnya, Waskito berkali-kali gagal dalam melamar beasiswa. Bahkan, Waskito sempat merasa kecewa saat ditolak oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Namun, hal ini tak membuatnya pantang menyerah.
Alumni MA Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta ini bahkan menghapalkan 25 kosakata baru setiap harinya demi mengasah kemampuan berbahasanya.Perjuangan yang selama ini diupayakan pun membuahkan hasil. Kini, Waskito sedang belajar di Harvard dengan program Master of Theological Studies dengan jurusan Islamic Studies.
Waskito dan sederet anak muda Indonesia di atas adalah contoh anak- anak tangguh bangsa dalam memperjuangkan mimpi-mimpinya. Semoga, kita semua yang kini sedang membaca tulisan ini dapat merasakan dan melakukan hal yang sama. Tak gentar untuk mencoba kembali dan tak lelah memperjuangkan lagi. 😉